Sabtu, 27 Maret 2010

Orang yang Jujur adalah Orang yang Beruntung

‘Nggak boleh bawa buku cerita bukan berarti nggak boleh bawa buku yang bermanfaat, mas.’ Ucap mama ku sambil memberikan setumpuk buku. ‘Makasih ma, tapi aku nggak mungkin baca buku sebanyak ini.’ Kataku sambil memandang tiga sampai lima buku untuk bahan bacaan ku ketika menginap di Pesantren Haji Bekasi besok. ‘Kalau begitu pinjamkan ke temanmu, buku ini sangat bermanfaat lho mas.’

Iya deh ma, aku bawa’. Jawabku sambil mengambil buku-buku pemberian mamaku.

Besok aku akan melaksanakan salah satu program dari sekolah, yaitu SALAM, singkatan dari Studi Aamaliah Ramadhan. Untuk itu, aku menginap di pesantren haji bekasi selama tiga hari dua malam bersama teman-teman ku. Di peraturan aku tidak boleh bawa buku bacaan, tapi mama ku berpendapat aku boleh bawa buku, asalkan ada islaminya dan bermanfaat.

Seperti kata mama, buku-buku ini sangat bermanfaat. Bahasanya mudah dimengerti pula. Terdapat banyak kisah-kisah yang maknanya sangat menginspirasiku. Dan yang paling aku sukai adalah cerita tentang arti penting kejujuran. Cerita yang berjudul “Jujur Bikin Loe Mujur!” itu seperti ini:

Karena haus akan ilmu, Abdul Qadir ingin melakukan perjalanan untuk melnuntut ilmu. Sang Ibu pun melepas kepergian Abdul Qadir dan memberi perbekalan, termasuk uang 40 Dinar dan pesan : ‘Apa pun yang terjadi, kamu harus jujur, ya.’ Abdul Qadir yang hormat kepada orang tua itu mematuhi nasehat orang tuanya. Akhirnya pun Ia berangkat, dilepas oleh seluruh penduduk desa.

Dalam perjalanan, Abdul Qadir tiba di suatu hutan. Ia tidak tahu kalau hutan itu tempat persembunyian peampok. Benar saja, Ia langsung bertemu dengan segerombol perampok. ’serahkan brang-barang mu, semuanya!’ ucap kepala perampok. ‘Saya hanya punya 40 Dinar. Ambil saja !’ Kata Abdul Qadir tanpa takut.

Para perampok heran, baru kali ini korban mereka jujur begini. Mereka pun memerikasa Abdul Qadir, dan benar saja, mereka hany menemukan uang sebesar 40 Dinar. ‘Anak kecil, mengapa kau jujur?’ tanya kepala perampok heran’. Dengan tenag Abdul Qadir mejawab, ‘Saya hanya mengikuti pesan ibu saya agar jujur kepada orang lain’.

Mendengar ucapan Abdul Qadir tersebut, Kepala perampok menangis. Ia dan anak buahnya pun pergi meninggalkan Abdul Qadir, tanpa mengambil apapun darinya. Dikisah kan, Kepala perampok dan anak buahnya bertobat saat itu juga.

Di era modern ini, di saat persaingan hidup semakin ketat, orang-orang semakin lupa akan arti kejujuran. Ingin cepat kaya tanpa usaha semakin menggoda kita untuk korupsi, menipu orang dengan pembajakan, pengemis yang pura-pura mempunyai anak atau luka berat, bagi yang pelajar menyontek di ujian demi mendapatlan nilai bagus, dan masih banyak lagi yang terlalu banyak untuk si sebut satu persatu.

Dan bermanfaat kah kebohongan itu? Memang menyontek cara pintas yang paling mudah untuk mendapat nilai bagus tapi apakah mereka mendapat ilmunya yang di pelajari selama ini? Mereka cenderung memikirkan hasilnya daripada proses.

Jangan iri kepada orang yang berhasil karena berbohong, karena mereka tidak akan mendapatkan pelajaran tentang perjuangan dalam kehidupan ini. Mereka tidak akan tenang, terus memikirkan kebohongannya ketahuan dan memikirkan kebohongan lain untuk menutupi kebohongannya yang dulu.

Walaupun akan masuk penjara karena jujur pernah korupsi, walaupun miskin karena tidak mencuri, walaupun mendapat nilai jelek karena tidak menyontek, dan walaupun di marahi orang tua karena jujur pernah melakukan kesalahan, maka bersyukurlah, karena anda termasuk orang yang beruntung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar